Sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah saya menceritakan kisah atau latar belakang keluarga saya kepada orang lain yang tidak terlalu saya kenal kecuali kepada keluarga saya di Mes 56. Sebuah kolektif dan institusi yang fokus pada persoalan-persoalan fotografi dan seni secara luas.
Karena hari ini, Father's day saya anggap cocok untuk menceritakan bahwa pelajaran staged photography saya dapatkan pertama kali dari ayah saya.
Tetapi sebelumnya saya ceritakan sedikit mengenai Ayah saya yang mempunyai banyak peran dan pengalaman profesi -yang saya ketahui hingga sekarang, meskipun sekarang sudah tidak lagi karena sudah tua dan sudah tidak gesit lagi- dia dulunya adalah seorang guru ilmu seni beladiri karate di Institut Karate-do Indonesia, dan dia seorang Sensei yang dikenal sangat keras. Yang sebelumnya seorang prajurit Angkatan Darat yang dipecat karena memukul komandannya.
Kisah-kisah ayah saya cukup dramatik dan heroik.
Meskipun tidak banyak tetapi Ibu dan Ayah saya mempunyai cukup banyak koleksi foto keluarga. Karena Ibu dan Ayah suka membuat foto, mereka sering menceritakan kisah-kisah masa lalu melalui koleksi foto album keluarga kepada saya dan adik-adik saya.
Kisah kisah ayah saya cukup bombastis dan kadang terdengar sangat tidak masuk akal, misalnya; bahwa ada sebutir peluru yang bersarang di tulang pipinya ayah saya karena dokter mengatakan bila peluru tersebut diambil maka ayah saya tidak dapat menggerakan mulutnya,
Ibu dan Ayah kami menyampaikan cerita tersebut dengan bukti-bukti visual; foto dan foto rontgen/ x-ray, yang suatu ketika di tahun 2000 pernah dia sakit panas demam dan sebuah benda hitam keras seperti batu karang kecil keluar dari hidung ketika bersin.
Dan akibat dari peluru tersebut sebenarnya juga mengakibatkan rusak dan hilangnya pengelihatan mata kirinya, dan semakin juga mengukuhkan beberapa teman lamanya yang sering meyebutnya Bajak Laut !
Saya kurang faham mengapa dia dipanggil Bajak Laut mungkin karena ayah saya yang berasal dari Sangihe Talaud, atau karena perannya sebagai seorang Bajak Laut di sebuah film laga berjudul Duel Naga Wulung (dulu saya cari cari di youtube tidak ada, kaget hari ini saya cek ada), karena sebelumnya saya mencari cari di koleksi album foto keluarga sebuah still foto dari film tersebut saat adegan Duel Satu Sarung, yang jagoannya dibintangi oleh rekan karate nya-Leo Chandra.
Atau dia disebut Bajak Laut karena sikapnya yang bergajulan ala preman dengan tato tengkorak ala bajak laut tetapi dengan alis mata yang dibuat oleh temannya ketika di dalam penjara Polisi Militer…?!
Tetapi bagaimanapun dia dan hubungan kami yang sebenarnya tidak terlalu 'dekat' kisah dan pengalaman hidupnya sungguh luar biasa, dan saya jadi teringat pada kisah hidup yang extra ordinary dari seorang seorang ayah di film The Big Fish arahan Tim Burton yang diangkat dari sebuah novel.
Sebenarnya kisah hubungan saya dan ayah saya hampir mirip dengan hubungan anak dan ayah di film The Big Fish. Karena sewaktu saya sudah dewasa, terkadang hampir tidak memercayai kisah-kisahnya, yang dia ceritakan sewaktu saya masih kecil, pun sewaktu itu cara saya menatap foto tidak seperti sekarang.
Karena ada salah satu foto potret ayah yang sayang sekali saya tidka menemukan di komp saya :( nanti saya akan meminta adik saya untuk mengirimkan repro nya :)
Foto itu menunjukkan dia ketika sehabis operasi karena perban dan plester yang ada di pipi kirinya saya kira itu adalah operasi yang kesekian kalinya karena foto tercantum tgl dan tahun pembuatannya di tahun akhir 70an dan peristiwa dia tertembak juga jaman konfrontasi Indonesia dan Malaysia, yang kata ayah saya dia dikirim kesana supaya tertembak mati di sana, setidaknya ada gunanya dari pada di Indonesia.
Yang selalu membuat saya ragu karena difoto itu dia menggunakan baret merah yang mana ayah saya bukan pasukan Baret Merah dan jaket tentara yang dia gunakan bukanlah milik nya, karena papan nama yang tercantum di jaket tersebut bukanlah namanya.. saya kira jaket dan baret tersebut adalah milik salah satu sahabatnya atau muridnya yang datang ke rumah kami waktu itu.
Ketika saya masih kecil saya juga mengira bahwa ayah saya seorang juara, seorang pembalap ketika melihat foto ini, baru kemudian saya tahu bahwa ayah saya bukanlah seorang pembalap.
Sebagai mahasiswa fotografi, dan melihat beberapa koleksi foto di album keluarga kami khususnya koleksi foto potret diri ayah, saya menyadari bahwa praktek yang ayah lakukan adalah staged photography, dan maka yang pertama kali memperkenalkan staged photography pada kehidupan saya adalah ayah saya.
Foto ini diambil oleh ayah saya, ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar dan baru pertama kali belajar karate, saya berpose membawa trophy dan piala milik ayah. Kalau orang yang tidak tahu sama sekali tentang saya dan hanya melihat foto ini dari permukaannya saja pasti mengira bahwa dulu saya anak yang berprestasi. Padahal hanya berpura-pura, bergaya, hanya akting sebagai seorang anak yang berprestasi, juara karate. Hehehe..
Namun meskipun ayah bukan seorang juara balap mobil maupun anggota pasukan Baret Merah, bukan pula seorang fotografer dia menjadi salah satu figur penting pada praktek kesenian saya, dia adalah juara pertama yang pertama kali memperkenalkan dan memberikan pengalaman kepada saya mengenai Staged Photography.
Lucu juga ya praktek staged photography saya diperkenalkan pertama kali oleh seorang Guru Karate :D
Selamat Hari Ayah, Pah ! You still a winner! Mamah di surga juga juara !
God Bless You :*
Bro, yang gw inget dr papamu selain seram dan guru karate adalah mobil subaru miliknya.
BalasHapusnice post Bro - teman sd
Salah satu konsep fotografiku "Top Collection" tahun 2004 tentang sebuah konsep ruang tamu/keluarga sebagai pembuktian identitas keluarga dengan media fotografi populer tercipta ketika berkunjung ke rumahmu pertama kali di Magelang dan melihat foto berukuran besar-seingatku ukuran 24R, papamu berseragam karate menghadap depan. Satu tanda untuk berhati-hati dengan si tuan rumah! Sangar!
BalasHapusTapi dengan proyek fotografiku tersebut aku bisa pergi ke beberapa negara untuk mempresentasikan perkembangan fotografi di Indonesia sampai sekarang. Terima kasih om! Anda telah berjasa membuat saya jadi juara :) love you!
Nice story.. :-)
BalasHapusWimo....Pa Kabar bro....Masih inget gw? Siyu (Magelang)...rekan karate + Ayahku (Agong) juga rekan Karate Ayahmu (Senpai Rusmit Bayang). Nice Story......Salam Osh buat Senpai Rusmit.
BalasHapus